Pages

Saturday, July 28, 2012

Mengenal makanan bayi sehat


Masa bayi merupakan periode emas. Artinya, masa tersebut adalah peluang bagi orang tua untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan si buah hati. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai upaya. Salah satunya adalah melalui pola asuh makan.
Bayi harus memperoleh asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Hingga usia 4 bulan, kebutuhan gizi bayi masih dapat terpenuhi dari ASI. Namun umumnya, setelah lewat usia tersebut, bayi sudah mulai membutuhkan makanan tambahan, yang sesuai dengan kemampuan pencernaannya. Sehingga inilah waktu yang tepat bagi orang tua untuk mulai memperkenalkan beragam bahan makanan yang sehat dan sesuai dengan selera dan kebutuhan si bayi. Misalnya, pada usia empat bulan, bayi sudah bisa diberi sari buah dan bubuk susu dengan tekstur cair, sedangkan pada usia 6 bulan ke atas, bayi bisa mulai dikenalkan dengan bubur susu yang agak kental.
Selain ASI, dalam menyiapkan makanan bagi bayi, perlu diperhatikan juga kebutuhan gizi, vitamin, dan mineralnya. Jangan sampai asupannya di bawah standar kebutuhan, karena bisa mengganggu proses pertumbuhan dan kesehatan tubuh sang bayi.

Menginjak usia 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan pada makanan yang dinamakan makanan pendamping ASI atau disingkat MPASI. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian  ASI. Mengenai menu makanan yang baik untuk dijadikan sebagai makanan pendamping, silahkan baca artikel kami: "Makanan Pendamping Pertama bayi"

Disini kami akan bahas mengenai cara pengenalan yang baik pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi mengingat, organ pencernaan bayi yang belum sempurna seperti orang dewasa, sehingga jika salah memberikan pengenalan makanan bayi ini dapat menimbulkan gangguan pencernaan pada bayi seperti terjadinya sembelit atau malah terjadinya perut kembung.

Memberikan makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, baik dilihat dari jenis makanannya, tekstur dan jumlah porsinya. Kekentalan makanan bayi dan jumlah harus disesuaikan dengan kesiapan bayi dalam menerima makanan. Dari sisi tekstur makanan, awalnya bayi harus diberi makanan semi padat, sedangkan makanan padat diberikan ketika bayi sudah mulai tumbuh giginya. Porsi makanan juga berangsur muladi dari satu sendok hinga berangsur-angsur bertambah sesuai porsi bayi.

Sebaiknya pengenalan makanan bayi dimulai dari satu jenis makanan, misalnya pisang, alpukat dan pepaya. Kemudian setelah diberi makanan bayi tersebut, perhatikan respond dari bayi itu sendiri, apakah bayi menerima makanan yang diberikan atau tidak. Jika bayi menolak, biasanya dengan cara memuntahkan makanan, jangan dipaksakan, berikan makanan bayi pendamping lainnya. Biasanya bayi lebih menyukai makanan yang rasanya manis, oleh karena itu berikan makanan bayi seperti buah-buahan pada ujung lidah dan sayuran pada bagian tengah. Utamakan pemberian sayuran dibanding buah-buahan, karena citarasa sayuran cenderung langu dan kurang dinikmati bayi. Jikalau terus menerus bayi dikenalkan pada rasa manis, ditakutkan bayi tidak akan menyukai sayuran.

Pada usia 6-9 bulan tekstur makanan sebaiknya makanan cair dan lembut seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan. Menginjak usia 10-12 bulan, bayi mulai beralih ke makanan kental dan padat, namun tetap harus bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim. Usia 12-24 bulan bayi sudah mulai dikenalkan pada makanan keluarga atau makanan padat namun tetap mempertahankan rasa. Hindari makanan-makanan yang dapat mengganggu organ pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas, terlalu asam dan berlemak. Pada masi ini kenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget, atau potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih keterampilan dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya.

Oh ya, jangan lupa juga bahwa selain si kecil, kondisi tubuh dan kebutuhan gizi sang ibu juga harus diperhatikan. Ini agar persediaan ASI dan juga kualitasnya tetap terjaga.
Semoga bermanfaat, ya!

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More